Monday, October 09, 2006

My River - 04

Satria mengalihkan perhatian pada lingkungan sekitarnya. Dikelilingi oleh pohon-pohon besar dan menjulang tinggi, tidak ada cahaya matahari yang langsung menerpa tubuhnya, karena terhalang oleh rimbunnya daun-daun dari pohon yang ada di sekitarnya. Dan dia menyadari bahwa langit sudah mulai diselimuti oleh bayang-bayang malam yang berjalan secara perlahan, sebagai tanda malam akan datang sebentar lagi. Konsentrasinya sekarang berubah menjadi bagaimana dia melewati malam ini, dia tahu bahwa untuk melewati malam ini akan menjadi sesuatu yang tidak akan mudah. Rasa dingin yang akan menembus sampai tulang, kelembaban yang akan membuat badannya basah dan kondisi badan dia yang baru saja terkena benturan-benturan, belum lagi rada haus yang mulai ia rasakan. Dia berusaha untuk berdiri, melihat sekelilingnya, sekelebat dalam fikirannya untuk memanfaatkan sisa-sisa gantole yang sudah menjadi rongsokan untuk dibuat menjadi tenda. Dia melihat ke atas, tempat pertama dia datang mendarat ke hutan ini. “Oh.. tinggi sekali.” Bisiknya. Dia merenung sejenak, memikirkan pilihannya yang dia hadapi sekarang, untuk mengambil gantolenya dan naik lagi ke atas, yang bukan merupakan hal yang mudah untuk saat sekarang, atau dia mengumpulkan semua yang dia butuhkan dari apa yang tersedia dibawah. Otaknya mulai berputar untuk mencari keteguhan hati tentang apa yang akan diputuskannya. Dia menimbang keuntungan dan kerugian dari dua pilihan itu. Akhirnya dia memutuskan untuk naik dan mengambil gantole yang ada di atas pohon, karena dia berfikir bahwa dia menyimpan beberapa peralatan yang sangat berguna untuk dia bertahan hidup di hutan yang tidak dia kenal ini.

Dengan susah payah, Satria berusaha menaiki kembali pohon tempat ia tergelantung tadi. Sesampainya di kantung itu, dia mengamati sebentar kondisi gantole yang tersisa, kantung gantole terbujur diantara dahan-dahan pohon dengan rangka segitiga yang biasa digunakan sebagai tiang kendali, dan bagian2 yang lain sudah tidak berbentuk, sudah hancur, bagian-bagian tersebut terpencar pada batang-batang pepohonan yang lain, yang jauh untuk di jangkaunya. Satria memutuskan untuk mengambil sisa-sisa tersebut sebagai alat bertahan hidup, “setidaknya untuk malam ini” dalam benak satria, dia mempunyai keyakinan dalam hatinya, bahwa dia akan segera pulang, walaupun keyakinan ini lebih tepat sebagai keyakinan yang ia paksakan, sebagai penggembira akan keadaan yang dia alami sekarang. Dari kantungnya Satria mendapatkan beberapa beberapa alat terbang layang yang mungkin tidak terlalu ia perlukan, tetapi dia tetap mengambilnya “jika nanti dibutuhkan”, dalam fikirnya.

Ketika Satria sedang sibuk mengumpulkan barang-barang, tiba-tiba suara dedaunan gemersik tepat dibagian atas tubuhnya, disusul dengan sesuatu yang terasa menempel pada punggungnya. Sangat mengagetkan bagi Satria yang sedang asik berkonsentrasi.

ia merasakan ada sesuatu yang jatuh ke punggungnya, digerakan oleh reflek hasil dari kagetnya, dia berusaha melepaskan apa yang dia rasa menempel pada punggungnya, tanpa dia sadari dia terpeleset dari batang pohon pijakannya.

No comments: